Diterbitkan pada: 12/05/2025
Semarang, Kemendikdasmen — Ingin memotivasi masyarakat, khususnya anak-anak, untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Hafidz Muksin, menyambangi aktivitas kegiatan literasi di ruang publik melalui lapak baca di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) Meteseh, Semarang. Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dwi Laily Sukmawati. Di kawasan HBKB itu komunitas literasi Koper Pustaka menghadirkan suasana berbeda di tengah keramaian warga yang sedang berolahraga dan bersantai. Di trotoar yang biasanya dipadati pesepeda dan pelari itu, tampak anak-anak duduk melingkar membaca buku, dipandu oleh relawan dari komunitas literasi Koper Pustaka. Keberadaan program bantuan pemerintah telah menginspirasi mereka menyediakan berbagai buku bacaan berkualitas untuk dibaca gratis di tempat. Hafidz Muksin hadir langsung memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anak untuk mencintai buku sejak dini. Ia menyampaikan pentingnya membangun kebiasaan membaca melalui fasilitasi akses bacaan di ruang-ruang terbuka yang ramah anak. Koper Pustaka merupakan salah satu di antara 340 komunitas pegiat literasi yang mendapatkan bantuan pemerintah dari Badan Bahasa, Kemendikdasmen, pada tahun 2024. “Gerakan yang diinisiasi Koper Pustaka merupakan bukti nyata geliat dan usaha gerakan literasi yang kini menjadi oase bagi anak-anak kota yang haus bacaan,” kata Hafidz. Sementara itu, Yuli Kuswanti, pustakawan sekaligus penggagas gerakan itu, menjadi sosok sentral di balik hadirnya Koper Pustaka. Bersama sang suami, ia mulai merintis inisiatif itu pada 2021, tak lama setelah pandemi mereda. Dukungan dana yang diperolehnya pada 2024 menjadi penyemangat untuk menggerakkan literasi di lingkungannya. Anak-anak dan orang tua pun menikmati kebahagiaan bersama dengan buku bacaan yang menarik. Anak-anak yang hadir di kawasan itu tidak hanya diberi kesempatan membaca bebas, tetapi juga diajak membaca nyaring di depan teman-temannya. Mereka yang aktif mendapatkan hadiah lawang sebagai bentuk apresiasi atas keberanian dan partisipasi mereka. Kegiatan itu pun mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Salah satu orang tua, mengatakan bahwa lapak baca tersebut memberikan warna baru dalam rutinitas mingguan mereka. “Biasanya anak saya hanya main, tapi hari ini dia betah membaca dan bermain. Ini kegiatan yang sangat positif dan semoga bisa rutin dilakukan,” ungkapnya. Sementara itu, Hamka, salah satu anak yang ikut membaca dengan penuh antusias, mengatakan bahwa membaca membuatnya merasa bahagia. “Senang baca buku, apalagi buku kisah nabi-nabi,” kata anak polos itu sambil tersenyum memegang hadiah lawang. Literasi di Ruang Publik, Akses Terbuka yang Berdampak Luas Inisiatif dari komunitas literasi menjadi bagian dari layanan dan strategi kemitraan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dengan komunitas untuk mendekatkan buku dan kegiatan literasi kepada masyarakat secara langsung. Membawa buku ke ruang publik, seperti taman, trotoar, dan area HBKB, dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk menjangkau lebih banyak kalangan, termasuk mereka yang tidak memiliki akses mudah ke perpustakaan. Menurut Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dwi Laily Sukmawati, kegiatan tersebut tidak hanya menumbuhkan minat baca, tetapi juga membangun interaksi sosial yang positif di antara anak-anak. “Selama ini kami memiliki layanan Bawaling (Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Keliling). Program ini merupakan layanan kepada masyarakat, termasuk literasi. Ada inisiasi dari kami memberikan layanan literasi tanpa ada permintaan, misalnya ke komunitas baca, ke sekolah, dan ruang publik lain yang membangun interaksi sosial yang positif," jelas Laily. Laily menambahkan bahwa ke depan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk menjadikan kegiatan serupa sebagai agenda rutin. Dalam menjalankan program itu, pihaknya bekerja sama dengan komunitas literasi dan pemerintah daerah. “Harapannya, ruang-ruang baca seperti ini bisa menjadi bagian dari wajah baru ruang kota yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga cerdas secara intelektual,” tegasnya. (Tim Badan Bahasa/Editor: Rayhan, Denty A.)
“Membaca itu jendela dunia. Lewat buku, anak-anak bisa menjelajahi semesta tanpa harus berpindah tempat. Lapak baca ini menjadi bentuk nyata bahwa literasi bisa hadir di mana saja, tidak hanya di sekolah atau perpustakaan,” ujar Hafidz di kawasan HBKB Meteseh, Semarang, pada Minggu (11/5).
Penulis: Rayhan Parady
Editor: Denty Anugrahmawaty